Sekitar 5 menit sebelum sampai di TMII, tiba-tiba aku baru teringat akan tiket masuk. Seingatku, tahun lalu mobil bebas masuk kemanapun dan hanya membayar uang sebesar Rp10,000. Tetapi perasaanku tidak enak, kemudian segera aku cek di internet. Nah ternyata benar, sekarang sistem tiket masuk TMII dibuat seperti di Ancol! Untuk masuk ke TMII harus memindai QR-code yang didapatkan setelah membeli tiket secara daring di https://ticket.borobudurpark.com/. Jangan sampai salah memilih tempat ya, karena tiket untuk mengunjungi Candi Borobudur dan beberapa tempat wisata lain juga bisa dibeli di laman yang sama. Seperti halnya masuk ke Ancol, tiket yang dibeli ialah tiket pintu masuk sesuai jumlah orang dan kendaraan. Berkat gerak cepat tanganku kami pun berhasil memiliki tiket, tepat ketika akan masuk ke TMII. Sewaktu kami masuk pun, ada posko khusus yang dibuat manajemen TMII untuk mengarahkan pengunjung supaya bisa membeli tiket secara daring. Daripada mengantre seperti itu, lebih baik membeli tiket secara daring.
Ternyata memang selama 2022 kemarin TMII melakukan revitalisasi. Perbedaan yang kulihat paling mencolok ialah miniatur Tugu Monas yang dahulu memang terlihat usang dan tua, kini dihiaskan semacam lapisan berwarna tembaga. Selain itu sepertinya manajemen TMII ingin menerapkan go-green dengan melarang semua jenis kendaraan untuk masuk ke dalam area lebih dalam. Jadi kendaraan hanya bisa diparkir di halaman bagian depan. Niatnya bagus, tetapi belum terfasilitasi secara baik. TMII menyediakan shuttle khusus untuk mengunjungi berbagai tempat di area dalam tetapi antreannya luar biasa panjang. Pengunjung yang begitu banyak di musim liburan sekolah tidak diimbangi dengan jumlah kendaraan yang cukup. Kamipun sebenarnya ingin memarkir mobil di area Keong Mas supaya bisa jalan kaki lebih dekat ke Taman Legenda, tetapi tempat parkir di situ sudah penuh. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki daripada menunggu di halte yang antreannya sudah mengular. Disitulah kami juga melihat perbedaan yang drastis, dimana trotoar tempat pejalan kaki sudah dibuat dengan istimewa. Walaupun panas terik, kami bisa berjalan kaki dengan nyaman dan sesekali kami menyebrang untuk memilih berjalan di bawah teduhnya pepohonan.
Setelah melihat kilas balik foto, ternyata tahun lalu ke TMII juga bulan Desember. Baiklah akan kujadikan kunjungan ke TMII pada bulan liburan Desember menjadi tradisi. Hahaha. Aku ingat sekali tahun lalu hujan lumayan deras ketika kami akan pulang dari Taman Legenda. Tinggi badan anakku ketika itu belum sampai 90cm, sehingga kami tidak bisa menikmati beberapa wahana. Kali ini anakku bersama temannya ketika cuaca sungguh panas dan terik, tapi mereka sungguh kuat sekali mencoba semua wahana! Pembayaran tiket sebesar Rp80,000 per orang pun terpakai secara maksimal. Walaupun memang ada beberapa wahana seperti menaiki kuda dan andong yang harus dibayar secara ekstra, tetapi tidak masalah. Wahana seperti taman air untuk anak-anak juga kami lewatkan karena kami memang tidak membawa pakaian renang. Berdasarkan pengalaman, energi anak akan terkuras penuh ketika bermain air dan nantinya tidak bisa menikmati wahana lain.
Oh iya, segala macam transaksi yang dilakukan di dalam Taman Legenda memakai sistem isi ulang pada gelang elektronik yang dananya bisa dikembalikan ketika akan meninggalkan tempat ini. Sebaiknya siapkan uang tunai yang banyak ketika berkunjung kesini, karena berbagai macam kartu yang diterima sebagai pembayaran hanyalah bank negeri seperti Mandiri, BNI, dan BRI. Penggunaan kartu lain akan dikenai biaya beberapa persen. Untungnya ketika di pintu masuk tas kami tidak diperiksa karena kami membawa makanan dan minuman khusus anak-anak yang biasanya diminta petugas untuk ditinggal di meja depan. Hal biasa di tempat wisata seperti ini, supaya pengunjung membeli makanan dari kantin mereka. Selain itu sama halnya seperti di Kebun Binatang Ragunan, di Taman Legenda ada fotografer yang bersiap dan secara mendadak mengambil gambar pengunjung di tempat awal kedatangan. Di tempat akhir dekat kasir pengembalian uang elektronik, mereka menawarkan foto yang sudah jadi kepada kami, dan karena sudah tercetak kami pun membelinya. Yah, kami pun sudah tahu dan memang sudah merencanakan untuk membeli saja. Anggaplah sebagai kenangan.
Setelah dari Taman Legenda, kami penasaran ingin mencoba kereta gantung selagi di TMII. Biaya naik kereta gantung adalah sebesar Rp50,000. Jangan tertipu oleh sepinya orang di lantai dasar, karena orang mengantre di lantai atas. Tetapi bisa dibilang kami mengantre tidak terlalu lama, karena pergantian penumpang berlangsung cepat. Pemandangan yang paling menarik dari atas ialah miniatur negara kepulauan Indonesia berupa pulau-pulau kecil berumput hijau muda. Dari jauh kami juga melihat tempat baru bernama Skyworld, lain kali mungkin kami akan berkunjung kesana.
Saranku hanyalah siapkan tenaga dan minum air yang banyak. Pakai topi terutama anak-anak. Bawa uang tunai banyak lebih baik daripada mengandalkan pembayaran menggunakan kartu. Secara umum pengalaman kami kemarin sungguh melelahkan, tetapi juga sangat menyenangkan. Alternatif kegiatan liburan yang hemat, tidak perlu ke luar negri yang lebih melelahkan lagi. Salut untuk anak-anak kami yang sepanjang jalan sangat menikmati segala yang ada, tidak rewel ataupun menangis. Jangan lupa tetap laksanakan protokol kesehatan ya!